Pengikut
Kamis, 29 November 2012
Pegagan untuk Meningkatkan Daya Ingat
Pegagan atu yang dikenal dengan antanan:
Nama Latin : Centella
asiatica
MENGAPA
ALIRAN DARAH KE OTAK SANGAT PENTING?
Otak
merupakan bagian tubuh yang paling penting, karena otak sebagai alat
untuk
pengendali
seluruh fungsi tubuh, seperti mengingat, konsentrasi, dll. Kebutuhan nutrisi ke
otak
lebih banyak dari pada bagian tubuh yang lain. Kurangnya nutrisi ke otak
sangat
mempengaruhi
daya kerja otak secara maksimal, yang akhirnya juga mempengaruhi stamina
tubuh.
Selain
nutrisi, peredaran darah ke otak juga memengaruhi daya kerja otak secara
maksimal.
Proses revitalisasi pembuluh darah dapat membantu peredaran darah ke
otak
menjadi
lancar. Dengan demikian ada penambahan kapasitas kerja neurotransmitter di
otak
yang
berfungsi untuk mengingat dan belajar, sehingga dapat meningkatkan kerja
otak,
mempertajam
ingatan, serta menyembuhkan pasien yang mengalami gangguan jiwa.
APA
AKIBAT BILA ALIRAN DARAH KE OTAK TIDAK LANCAR?
Sukar berkonsentrasi
Stamina tubuh menurun
Mudah mengantuk
Sakit kepala
Penglihatan menjadi terganggu
BAGAIMANA
CARA MEMPERLANCAR ALIRAN DARAH KE OTAK?
Tidur yang cukup tiap hari
Berolah raga secara teratur
Kurangi stres
Berpikir positif
Mengkonsumsi makanan berprotein yang kaya
nutrisi (daging, ikan, telur, susu, dll)
Mengkonsumsi sayur dan buah-buahan
Mengkonsumsi GOTU-K secara teratur
KANDUNGAN
ZAT AKTIF PEGAGAN :
Triterpenoid,
asiaticoside, glikosida saponin, saponin.
MEKANISME
KERJA
−
Triterpenoid dapat merevitalisasi pembuluh darah sehingga peredaran darah ke
otak
menjadi
lancar, memberikan efek menenangkan dan meningkatkan fungsi mental
menjadi
yang lebih baik.
−
Asiaticoside berfungsi meningkatkan perbaikan dan penguatan sel-sel kulit,
stimulasi
pertumbuhan
kuku, rambut, dan jaringan ikat.
− Dosis
tinggi dari glikosida saponin akan menghasilkan efek pereda rasa nyeri.
−
Saponin yang terkandung dalam tanaman ini mempunyai manfaat mempengaruhi
collagen
misalnya
dalam menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan.
HASIL
PENELITIAN
1.
Annisa R.F, Sekolah Ilmu dan Teknologi hayati-ITB, 2006. Product Knowledge/PT.
Industri Jamu Borobudur/Produk Tunggal/02 2
Ekstrak
Daun Pegagan dapat meningkatkan kemampuan kognitif dengan mempengaruhi
modulasi
neurotransmitter monoamine pada hipokampus.
2.
Syahnida, JF FMIPA UNAND, 1993
Ekstrak
Pegagan dapat menghambat pertumbuhan bakteri enteric, seperti
Pseudomonas
aeruginosa, Enterobacter aerogenes, dan Salmonella typhi.
KELEBIHAN
EKSTRAK PEGAGAN :
1.
Dibuat dari bahan alam dan bebas BKO sehingga aman dikonsumsi
2.
Menggunakan alat-alat berteknologi Jerman dan dibawah pengawasan mutu
yang
berstandar
GMP dan ISO 9001
3.
Mengandung ekstrak dengan konsentrat tinggi. (1 kapsul mengandung ekstrak
yang
setara
dengan 5500 mg rempah kering)
4.
Proses produksi higienis dan dibawah pengawasan mutu yang ketat.
KHASIAT
& KEGUNAAN PEGAGAN :
-
Meningkatkan daya ingat
-
Memperbaiki sirkulasi darah ke perifer dan pusat
EFEK
SAMPING
Penderita
yang alergi terhadap tanaman Apiaceae dapat mengalami dermatitis.
Daunnya merupakan obat resmi yang telah digunakan
di banyak Farmakope. Di Eropa malah telah dibuat salep dan serbuk obat luka
berbahan pegagan.Pegagan mengandung berbagai
senyawa yang berkasiat obat seperti triterpenoids, karotenoids dan berbagai
garam mineral dan vitamin yang bermanfaat.Diantara manfaat pegagan
adalah ia mampu memperbaiki sistem daya ingat bagi orang-orang yang mengalami
kemunduran fungsi otak dan daya ingat. Ia semacam dengan Ginko Biloba bahkan
lebih banyak lagi kasiatnya. Suatu penelian membuktikan bahwa Pegagan mampu
meningkatkan kemampuan mental, meningkatkan IQ, dan meningkatkan kemampuan
syaraf memori. Dalam ilmu farmasi ia dikenal juga sebagai Folia hidrocotyles,
yang dipercaya bisa meningkatkan ketahanan tubuh, mencuci darah, dan
memperlancar keluarnya air seni (diuretik). . Di cina pegagan telah ribuan
tahun digunakan sebagai tonikum.Sedang di Malaysia pegagan telah lama digunakan
untuk mengobati bronchitis, asma, pengeluaran getah lambung yang berlebihan
(maag), keputihan, gangguan ginjal, serta radang saluran kecing.
Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1929605-manfaat-pegagan-bagi-kecerdasan-dan/#ixzz2DmLaeugD
Kamis, 15 November 2012
Ekologi perairan Waduk Wadaslintang
I. PENDAHULUAN
Waduk adalah tempat pada permukaan tanah yang digunakan untuk menampung
air saat terjadi kelebihan air / musim penghujan sehingga air itu dapat
dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air waduk terutama berasal dari aliran
permukaan dtambah dengan air hujan langsung.
a.
Klasifikasi
waduk
Berdasarkan
fungsinya, waduk diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu :
1) Waduk eka
guna (single purpose), yaitu waduk yang dioperasikan untuk memenuhi satu
kebutuhan saja, misalnya untuk kebutuhan air irigasi, air baku atau PLTA.
2) Waduk multi
guna (multi purpose), adalah waduk yang berfungsi untuk memenuhi berbagai
kebutuhan, misalnya waduk untuk memenuhi kebutuhan air, irigasi, air baku dan
PLTA.
b.
Karakteristik
waduk
Karakteristik
suatu waduk merupakan bagian pokok dari waduk yaitu volume hidup (live storage), volume mati (dead
storage), tinggi muka air (TMA) maksimum,
TMA minimum, tinggi mercu bangunan pelimpah berdasarkan debit rencana.
Salah satu waduk yang terdapat di Jawa
Tengah adalah waduk Wadaslintang yang terletak di wilayah Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Provinsi
Jawa tengah, Indonesia. Waduk Wadaslintang terletak di bagian selatan wilayah
Kecamatan Wadaslintang berbatasan dengan kecamatan Padureso di Kabupaten Kebumen. Waduk
ini menggunakan Kali
Gede sebagai sumber air utamanya dengan beberapa anak sungai kecil lainnnya yang
menyuplai air ke Waduk Wadaslintang. Dalam proses pembangunannya, tanah
yang diperlukan untuk kawasan waduk tersebut mencapai 2.626 ha.
Gambar 1. Waduk Wadaslintang
Proses
pembangunan waduk ini dilakukan pada
masa pemerintahan Presiden
Soeharto. Pembangunan Waduk Wadaslintang dilaksanakan oleh kontraktor Hydro
Resource Coorporation Filipina, bekerja sama dengan PT Brantas Abipraya. Mulai
dibangun pada tahun 1982, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto awal tahun
1988. Tinggi bendungan 116 m lebar 10 m dan panjang 650 m, berisi air maksimal
443 juta m3. Luas daerah tangkapan (Catchment area) Waduk Wadaslintang meliputi areal seluas ± 19.600
ha.
Adapun spesifikasi teknis Waduk
Wadaslintang adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Waduk
Irigasi = 32.064
ha dan Tenaga listrik = 16,8 MW
2. Data Hidrologi
Daerah aliran
sungai = 196 km2, aliran masuk tahunan rata – rata = 472,5 juta m3, debit banjir rencana = 3.880 m3/detik,
debit banjir periode 100 tahun = 1.100 m3/detik, debit banjir
periode 25 tahun = 753 m3/detik.
3. Reservoir
Elevasi muka air
waduk maksimum = 190,3 elevasi muka air waduk operasi maksimum = 185,0 m, elevasi
muka air waduk minimum = 123,0 m, luas genangan pada elevasi 190,3 m = 14,6 km2,
luas genangan pada elevasi 185,0 m = 13,3 km2, luas genangan pada
elevasi 123,0 m = 2,0 km2, volume air pada elevasi 190,3 m = 527
juta m3, volume air pada elevasi 185,0 m = 443 juta m3, volume
efektif pada elevasi 123 – 185 m = 408 juta m3, volume air pada
elevasi 123,0 m = 35 juta m3.
4. Bendungan dan Bangunan Pelengkapnya
A. Bendungan utama (main dam)
Tipe = bendungan
urugan dengan urugan (rockfill)
dan inti kedap air
(impervious
wet core), panjang
puncak bendungan = 650,0 m, lebar puncak bendungan = 10,0 m, elevasi puncak
bendungan = 191,0 m, tinggi maksimum di atas dasar = 123,0 m, kemiringan up stream (H : V) = 2,25 : 1, kemiringan down stream (H : V) = 2,00 : 1, volume urugan = 8,2
juta m3.
B. Bendungan pengelak (cover dam)
Tipe = timbunan
batu dengan lapisan kedap air dan padat, tinggi = 35 m pada elevasi puncak +
110,0 m.
C. Bangunan pelimpah (spillway)
Lokasi = tumpuan
kanan bendungan, tipe = pelimpah bebas dengan 2 lubang udara dengan flip bucket, elevasi flip bucket = 76,0 m, lebar pada flip bucket = 26,0 m, elevasi puncak = 185,0 m, panjang
puncak = 54,0 m, debit maksimum pada elevasi 190,3 m = 1.570,0 m3/detik,
debit banjir rencana = 3880,0 m3/detik, panjang saluran peluncur =
341,0 m.
D. Bangunan pengambilan (intake)
Tipe pintu intake = hemispherical bulkhead, elevasi intake
= 123,0 m.
E. Terowongan irigasi / PLTA
Lokasi = tumpuan
kiri bendungan, tipe = lingkaran dengan dinding beton, diameter terowongan =
3,0 m, panjang terowongan = 437,0 m.
5. Tenaga Listrik (hydro power)
A. Turbin
Tipe = Francis,
jumlah = 2 unit, pabrikan = Fuji Elektric Co. Ltd., kapasitas terpasang = 2 x
8,4 MW, tinggi terjun rencana = 95,0 m, tinggi terjun maksimum = 115,0 m, tinggi
terjun minimum = 57,5 m, putaran normal = 500 rpm, runway
speed = 1000 rpm, debit
maksimum = 24,0 m3/detik, produksi pertahun = 92,0 GWH.
B. Generator
Tipe = Syncronous Generator Vertical System Hydroulic
turbin driver,indoor, sistem
pendingin = udara (air
cooling system, pabrikan
= Fuji Electric Co. Ltd, jumlah = 2 unit, kapasitas = 2 x 8889 KVA, jumlah
phase = 3 phase, Rated
voltage = 6,3 KV, putaran = 500 rpm,
frekuensi = 50 Hz, Fly wheel effect (GD2) = 110 ton m2, Short circuit ratio ≥ 1,1, Exciter =
static exciter, berat total per unit generator = 81,2 ton,
Efficiency at 100 % rated output p.f.
0,9 lag = 96,4 %.
C. Main power transformer
Pabrikan = PT.
Unindo Indonesia, jumlah = 2 unit, kapasitas per unit = 10 MVA, Efficiency at rated capacity = 99,35 %, Rated voltage = 150 / 6,3 KV, Conection = YNd 5, jumlah phase = 3 phase, frekuensi
= 50 Hz, pendingin = unair, berat total per unit = 34 ton.
D. Power
house
Tipe power house = dalam ruangan (indoor), dimensi : Tinggi maksimum diatas pondasi
= 6,7 m, Panjang = 37,82 m, Lebar = 16,2 m.
6. Pintu – Pintu Pengoperasian Air
Waduk
A. Pintu intake
Elevasi intake = 123 m, tipe = Steel Hemispherical Bulkhead, diameter = 3,0 m, kecepatan angkat =
0,23 m / menit, kapasitas mengangkat = 15.000 kg, diameter tali pengangkat = 25
mm.
B. Gate
Chamber
Tipe
= Fix wheel gate, lebar = 2,5 m, tinggi = 2,8 m,
kecepatan membuka = 1,5 m / menit, tenaga listrik = AC 3 phase, 380 V, 50 A.
C. Pintu Pengeluaran / outlet
Outlet guard valve (OGV)
Tipe
= Flow trough butterfly valve, diameter = 2,5 m, tipe = Hydraulic
Cylinder, tekanan maksimalnya
adalah 140 kg / cm2.
Hollow cone valve (HGV)
Tipe = Hollow cone valve, diameter = 2,25 m, kecepatan
= 0,1 m / menit.
Bendungan
Wadaslintang terletak pada Sungai Bedegolan (Kali Medono) dengan 18 (delapan
belas) anak sungai antara lain :
Kali Bersole, Kali Pring, Kali
Jalatunda, Kali Pringtali, Kali Banger, Kali Jambeng, Kali Dampit, Kali Mejing,
Kali Pelunjaran, Kali Gedangan, Kali Kajoran, Kali Manggur, Kali Goblok, Kali
Sadang, Kali Tracap, Kali Sambenghilir, Kali Sambenghulu, Kali Pingit .
Waduk Wadaslintang mempunyai
beberapa fungsi penting yang menopang kehidupan warga di sekitarnya,
diantaranya :
1.
Irigasi,
untuk memenuhi kebutuhan dan menghindari memuncaknya
penggunaan air bagi petani di daerah irigasi, pola tanam dengan sitem golongan
(golongan I dengan awal musim tanam pada pertengahan bulan Oktober dan golongan
II dengan awal musim tanam pada awal bulan November). Dari sejumlah air yang
tertampung di waduk dan ketersediaan air hilir waduk, luas total potensi lahan
irigasi wilayah Waduk Wadaslintang adalah ± 33.279
ha.
2.
Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA), Waduk
Wadaslintang mampu menghasilkan listrik 16 MW, dengan transmisi jaringan kurang
lebih mencapai 30 km.
PLTA adalah suatu system pembangkit listrik yang biasanya terintegrasi dalam
waduk dengan memanfaatkan energi mekanis aliran air untuk memutar turbin,
diubah menjadi energi listrik melalui generator. Besarnya debit pembangkitan
tenaga listrik sangat tergantung dari debit pembangkitan dan tinggi jatuh
efektif. Debit maksimum untuk pembangkitan tenaga listrik sebesar 24,0 m3/detik
dengan tinggi terjun maksimum 115,0 m dan tinggi terjun minimum 57,5 m. Tipe
turbin yang dipakai adalah tipe “Francis” dua unit dengan kapasitas daya
listrik terpasang yang mampu dihasilkan adalah sebesar 2 x 8,4 MW, sedangkan
produksi energi tahunannya mencapai 92,0 GWH.
3.
Perikanan,
Waduk Wadaslintang juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk budidaya ikan, yaitu
dengan menggunakan keramba jarring apung (KJA).
4.
Pariwisata, pengelolaan objek wisata Waduk
Wadaslintang dilakukan bergiliran. Mengingat lokasinya di dua Kabupaten. Maka
dua daerah, Kebumen dan Wonosobo sepakat mengelola secara bersamaan. Setahun
dikelola Wonosobo, tahun berikutnya dikelola Diparta Kebumen. Waduk ini terkenal sebagai lokasi favorit untuk rekreasi
memancing bagi para penggemar olah raga memancing.
- Mencegah terjadinya banjir
- Penampung air, waduk ini sebagai tempat penyuplai air yang menunjang
kehidupan warga di sekitar Waduk Wadaslintang.
II. PEMBAHASAN
Waduk Wadaslintang merupakan salah
satu ekosistem perairan air tawar yang terdapat di Kecamatan Wadaslintang,
Kabupaten Wonosobo, Jawa tengah. Kondisi perairan Waduk Wadaslintang di
pengaruhi oleh faktor fisika, kimia, dan biologi. Ketiga faktor tersebut berpengaruh
terhadap kualitas perairan Waduk Wadaslintang.
Faktor fisika perairan Waduk
Wadaslintang meliputi parameter suhu , kedalaman, kekeruhan, kecerahan, TSS, TDS,
dan kecepatan arus. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa suhu
perairan Waduk Wadaslintang berkisar antara 29-30˚C. Menurut BPPP (1990), suhu yang optimal bagi
kehidupan organisme air berkisar antara 25–30ÂșC. Berdasarkan data hasil
pengamatan suhu air tersebut, maka kondisi perairan Waduk Wadaslintang masih
baik untuk mendukung kehidupan akuatik. Kedalaman perairan Waduk Wadaslintang
berkisar antara 33–76 m. Menurut Krebs (1978), kedalaman akan mempengaruhi
penetrasi cahaya matahari ke dalam air, sehingga produktivitas primer akan
berkurang. Kekeruhan perairan Waduk Wadaslintang berkisar antara 30–45 NTU.
Kecerahan perairan Waduk Wadaslintang berkisar antara 8–15 meter. Hasil
pengukuran TSS berkisar antara 2,0 – 40,0 mg/l. Kandungan TDS berkisar 66,7 –
390 mg/l. Kekeruhan air, kandungan TSS, dan kandungan TDS dalam perairan terjadi
oleh adanya bahan-bahan suspense seperti tanah liat, pasir, bahan organik
termasuk juga bakteri, plankton dan jasad–jasad renik. Kekeruhan
yang tinggi akan memperkecil kecerahan perairan atau penetrasi cahaya dalam
perairan itu, dan akibatnya akan menghambat fotosintesa oleh phytoplankton,
periphyton, dan jenis tanaman air lainnya sehingga produktivitas turun. Konsentrasi
TSS perairan Waduk Wadaslintang pada umumnya masih berada pada kisaran baku
mutu yang diijinkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kecepatan arus perairan
Waduk Wadaslintang berkisar antara 0,07–0,2 m/det. Odum (1994) menyatakan
bahwa, arus sangat penting sebagai faktor pembatas, terutama pada aliran air, arus
juga sangat menentukan distribusi gas yang vital, garam dan organisme kecil.
Arus di Waduk Wadaslintang cukup baik berfungsi dalam mendistribusikan bahan
anorganik maupun organik yang terdapat di perairan Waduk Wadaslintang.
Faktor kimia Waduk Wadaslintang terdiri dari parameter
: DO, CO2 bebas, DMA, pH air, COD, BOD, alkalinitas, Phosphat total,
orthophosphat, nitrat, nitrit, ammonia dan H2S. Konsentrasi oksigen terlarut perairan Waduk Wadaslintang
berkisar antara 3,2–5,0 mg/L. Konsentrasi oksigen terlarut tersebut pada
umumnya sesuai dengan baku mutu yang diijinkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air yaitu 3 mg/l. Menurut Alaert dan Santika (1987), kandungan oksigen terlarut
untuk keperluan perikanan disyaratkan lebih besar dari 3 mg/L, dan
diperbolehkan sama dengan 3 mg/L. Karena menurut Schmittou (1991) dalam Nastiti
et al (2001), bahwa konsentrasi oksigen terlarut yang sangat rendah akan
merangsang munculnya gas–gas beracun seperti: N-NH3, H2S
dan CH4 yang dapat menyebabkan kematian ikan secara massal.
Hasil pengukuran kandungan
karbondioksida (CO2), didapatkan berkisar antara tidak terdeteksi (ttd)
– 3,80 mg/L. Karbondioksida memegang peranan penting bagi tumbuhan hijau yang
mampu berfotosintesis, baik fitoplankton maupun tumbuh – tumbuhan tingkat
tinggi. Menurut Wetzel (1983), CO2 akan lebih cepat digunakan oleh
fitoplankton bila dibandingkan dengan HCO3 atau CO3.
Menurut Wardoyo (1981), batas kandungan CO2 bebas di daerah tropis
di bawah 12 mg/L. Berdasarkan kandungan CO2 bebas yang didapat di
perairan Waduk Wadaslintang masih baik untuk kehidupan ikan dan organisme air
lainnya.
Hasil pengukuran kandungan
Daya Menggabung Asam (DMA) didapatkan berkisar antara 0,3–1,4 mg/L. Hickling
(1971) menyatakan bahwa, perairan dengan kadar DMA 0,5–2,5 mg/L dapat dikategorikan
sebagai perairan dengan tingkat produktivitas sedang. Berdasarkan hasil
penelitian dan batasan yang dinyatakan oleh Hickling (1971), perairan Waduk
Wadaslintang termasuk perairan yang produktivitasnya sedang. Konsentrasi COD
perairan Waduk Wadaslintang berkisar antara 48,0-68,0 mg/l. Menurut Alaert dan
Santika (1987), angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat
organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis,
dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Konsentrasi BOD perairan
Waduk Wadaslintang berkisar antara 0,64 – 5,12 mg/L. Konsentrasi BOD tersebut
pada umumnya sesuai dengan baku mutu yang diijinkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air yaitu 6 mg/l. Menurut Sastrawidjaya (1999); Siregar (2001), BOD5
merupakan indikator yang berguna untuk menunjukkan besarnya beban pencemaran
organik pada suatu perairan. Alkalinitas di perairan Waduk Wadaslintang
berkisar 1,58 – 1,80 mg/L. Dalam air alam alkalinitas sebagian besar disebabkan
oleh adanya bikarbonat, sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Selanjutnya
Alaerts dan Santika (1987), pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang
dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar karbondioksida dan bikarbonat
akan menyebabkan pH naik. Menurut Wardoyo (1981), pada perairan alami yang
normal, nilai alkalinitas menggambarkan nilai kebasaan dari karbonat atau
bikarbonatnya.
Kandungan ortophosphat di
perairan Waduk Wadaslintang berkisar antara 0,0112–0,0137 mg/L. Kandungan
ortophosphat cenderung lebih kecil dari kandungan phosphat total yang didapatkan.
Allaert dan Santika (1987), menyatakan bahwa phosphor dalam bentuk ortophosphat
yang dapat dimanfaatkan oleh bakteri maupun oleh tanaman. Mengacu PP Nomor 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
bahwa kriteria mutu air berdasarkan kelas I dan II kandungan phosphatnya 0,2
mg/L, kelas III kandungan Posphatnya 1 mg/L, dan kelas IV kandungan Phosphatnya
5 mg/L. Jadi kualitas air Waduk Wadaslintang menurut Allaert dan Santika
(1987), dan PP No. 82 Tahun 2001 termasuk kualitas yang masih baik atau aman
bagi kehidupan organisme dan hewan air lainnya. Nitrogen dalam air dapat berada
dalam berbagai bentuk : nitrat, nitrit, ammonia atau N yang terikat oleh bahan
organik atau anorganik. I Nyoman et al (2000), menyatakan nitrat adalah
bentuk senyawa yang stabil dan keberadaannya berasal dari buangan pertanian,
pupuk, kotoran hewan, dan sebagainya, sedangkan nirit biasanya tidak bertahan
lama dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara ammonia dan nitrat
yang dapat terjadi dalam air sungai, system drainase, sistem instalasi air
buangan dan sebagainya. Selanjutnya I Nyoman et al (2000), menyatakan keberadaan
nitrit (NO2) dalam jumlah tertentu dapat membahayakan kehidupan
hewan air, sedangkan nitrat (NO3) pada konsentrasi tinggi dapat
menstimulir pertumbuhan tanaman air dan ganggang yang tak terbatas, sehingga
air kekurangan oksigen terlarut yang bisa menyebabkan kematian ikan. Menurut Goldman
dan Horne (1983), bahwa kadar nitrit di suatu perairan tidak boleh lebih dari 1
mg/L. Pescod (1973), menyatakan bahwa kandungan ammonia yang aman bagi
kehidupan organisme akuatik di perairan tropis tidak boleh lebih dar 1 mg/l.
Menurut PP No. 82 Tahun 2001 kriteria baku mutu air berdasarkan kelas, untuk
kelas I dan II kandungan nitratnya 10 mg/L, kelas III dan kelas IV kandungan nitratnya
20 mg/l, sedangkan kandungan ammonia bebas kelas I 0,5 mg/L, dan untuk kelas
II, III, dan kelas IV tidak dipersyaratkan. Menurut Pescod (1973), kandungan
ammonia yang aman bagi organisme perairan tropis adalah tidak boleh melebihi
dari 1,0 mg/L. Jadi dengan demikian kondisi perairan Waduk Wadaslintang
berdasarkan kandungan Nitrat, Nitrit, dan ammonianya masih baik.
Kandungan H2S
dari hasil pengukuran didapatkan pada kelima stasiun pengambilan sampel air tidak
terdeteksi (ttd). H2S tidak terdeteksi karena H2S mudah
dioksidasi menjadi asam sulfat (H2SO4), maka H2S
hanya mantap dalam keadaan tanpa oksigen. Menurut Alaert dan Santika (1987),
air yang baik untuk keperluan perikanan kandungan H2S maksimal 0,002
mg/l. Jadi kualitas perairan Waduk Wadaslintang berdasarkan kandungan H2Snya
masih baik.
Faktor biologi perairan
terdiri dari Plankton yang ditemukan pada penelitian di Waduk Wadaslintang
sebanyak 18 genera, terdiri dari Phytoplankton sebanyak 14 genera dan
Zooplankton sebanyak 4 genera. Phytoplankton yang ditemukan terdiri dari 3
divisi yaitu Chlorophyta terdiri dari 9 genera, Cyanophyta terdiri dari 4
genera, dan Pyrophyta terdiri dari 1 genera. Chlorophyta merupakan produsen
primer di lingkungan perairan dan merupakan sumber makanan alami bagi organisme
perairan termasuk ikan. Sedangkan zooplankton yang ditemukan
adalah 3 kelas terdiri dari 25 spesies, meliputi 14 spesies dari kelas
Crustacea, 8 spesies dari kelas Rotatoria, dan 3 spesies dari kelas Cilliata.
Kelimpahan zooplankton berkisar antara 491 – 1358 ind/l dengan rata-rata 898,7
ind/l. Spesies yang paling melimpah yang ditemukan di perairan Waduk
Wadaslintang adalah Cyclops
sternuus (37,63 %) ,
Branchionus falcatae (8,65 %), Cyclops
agilis (8,65%), Cyclops
fuscus (7,37), dan Eucyclops
agilis (5,21 %). Nilai
indeks keanekaragaman (H’) didapatkan antara 1,867 sampai 2,346, yang berarti
bahwa keanekaragaman zooplankton di perairan Waduk Wadaslintang masih tergolong
cukup stabil. Sedangkan nilai indeks kemerataanya antara 0,751 sampai 1. Nilai
indeks kemerataan tergolong cukup merata yaitu rata-rata mendekati nilai 1. Menurut Odum (2001), keberadaan jenis – jenis
fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator untuk merunut kompleksnya rantai
makanan. Semakin banyak jenis fitoplankton berarti semakin baik pula kondisi
lingkungannya. Djuhanda (1980), menyatakan bahwa perairan yang kaya akan berbagai
jenis plankton dengan jumlah individu yang banyak merupakan perairan yang subur
untuk perikanan, sehingga dengan keadaan yang demikian itu maka Waduk
Wadaslintang layak digunakan untuk usaha perikanan.
Indeks keragaman perairan
tidak tercemar adalah lebih dari 2,0; tercemar ringan adalah 2,0 – 1,6;
tercemar sedang adalah 1,5 – 1,0 dan tercemar berat adalah kurang dari 1,0.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka perairan Waduk Wadaslintang termasuk perairan
yang tercemar sedang. Berdasarkan hasil penelitian perairan Waduk Wadaslintang
meliputi faktor fisika-kimia, dan biologi tersebut di atas masih memenuhi atau
layak dimanfaatkan untuk aktivitas kehidupan manusia, misalnya untuk budi daya
ikan, transportasi, dan wisata.
III. KESIMPULAN
Waduk Wadaslintang
merupakan salah satu ekosistem perairan tawar yang terletak di Kecamatan
Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Waduk Wadaslintang memiliki banyak
manfaat penting yang menunjang kehidupan masyarakat sekitarnya diantaranya
untuk irigasi, PLTA, pariwisata, perikanan, mencegah terjadinya banjir, dan penampung
air. Kondisi perairan Waduk Wadaslintang dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia
dan biologi. Ketiga faktor tersebut berpengaruh terhadap kualitas perairan
Waduk Wadaslintang. Faktor fisika meliputi parameter suhu, kedalaman,
kecerahan, kuat arus, TSS dan TDS. Faktor kimia meliputi parameter DO,
CO2 bebas, DMA, pH air, COD, BOD, alkalinitas, Phosphat total,
orthophosphat, nitrat, nitrit, ammonia dan H2S. Sedangkan factor biologi merupakan biota yang terdapat
di waduk tersebut, yaitu terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Berdasarkan
penelitian terhadap ketiga faktor tersebut, maka perairan Waduk Wadaslintang
masih dikatakan seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Alaert, G. dan S.S. Santika. 1987. Metode
Penelitian Air. Usaha Nasional : Surabaya.
Carmudi, P. Hary Tjahya Soedibya. 2011. Dampak
Budidaya Ikan Karamba Jaring Apung Terhadap Kualitas Air Perairan Waduk
Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Prosiding Seminar Nasional Hari Lingkungan
Hidup.Halaman 49-52.
Hickling, C.F. 1971. Fish
Culture. Feber and Feber London.
Nastiti, A.S., dkk. 2001. Daya Dukung Perairan
Waduk Jatiluhur untuk Budidaya Ikan Dalam Karamba Jaring Apung. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia. Volume 7. Halaman 15-19.
Odum. 1994. Fundamental of Ecology. W.B.
Sounder Company and Toppan Ltd., London.
Pescod, M.B. 1973. Investigation of Rational
Effluent and Stream, Standards for Tropical Countries. ATT : Bangkok.
Siregar, A.S. T.P. Sinaga dan Setiyanto. 2001. Studi
Ekologi Fauna Benthik (Macrobrachium spp) di Sungai Banjaran,
Pelus, dan Logawa, Kabupaten Banyumas. Majalah Ilmiah Biologi.
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Sumawidjaya, K. 1978. Limnologi. Intitut
Pertanian Bogor.
Wardoyo, S.T.H. 1981. Kriteria Kualitas Air
Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Intitut Pertanian Bogor : Bogor.
Wetzel, Robert G. 1983. Limnology.
Sounders College Pubishing, Winston-USA.
Langganan:
Postingan (Atom)