I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Darah
dapat didefinisikan sebagai suatu jaringan pengikat dan mempunyai dua komponen,
yaitu : komponen cairan yang disebut plasma darah dan komponen sel-sel darah
atau korpuskula darah yang terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit.
Plasma yang berupa cairan adalah tempat terlarutnya mineral, produk digesti
terabsorpsi, produk buangan, sekresi khusus, enzim, antibodi dan gas yang
terlarut. Kadar hemoglobin, jumlah dan bentuk sel darah hewan berbeda-beda,
eritrosit mamalia tidak berinti dan berbentuk bulat. Eritrosit ikan berinti
dan berwarna merah muda. Sel darah merah
ikan dewasa biasanya berbentuk oval dengan diameter 7-46 µ. Transport oksigen
dalam darah tergantung pada komponen besar dalam pigmen respirasi, yaitu
umumnya hemoglobin. Jumlah hemoglobin bervariasi dengan jumlah sel darah merah
yang ada. Jumlah eritrosit berkisar antara 20.000-3.000.000 per ml darah.
Contoh, ikan Goosfish mempunyai eritrosit 867.000 dan ikan Mackerel 3.000.000
per ml darah. Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang mengikat
oksigen dari insang untuk dihantarkan ke seluruh jaringan tubuh. Kadar hemoglobin
ikan air tawar berkisar antara 5.05-8.33 g/dl. Leukosit berbentuk bulat telur
sampai bulat. Jumlah leukosit ikan berkisar antara 20.000-150.000 per ml darah.
Leukosit dibedakan menjadi leukosit bergranula (granulosit), yang menyusun 4-40
% dari seluruh leukosit dan yang tidak bergranula (agranulosit). Diameter
leukosit rata-rata 10 µ, tetapi pada African langfish berkisar antara 24-33 µ.
Eritrosit
atau sel darah merah merupakan bagian terbesar atau terbanyak yaitu sebanyak 99
%. Bentuk sel darah merah yaitu bikonkaf : berbentuk pipih, bulat, cekung pada
bagian tengah dan bertumpuk. Fungsi dari eritrosit ini adalah penentu golongan
darah dan mengangkut oksigen yang diangkut oleh hemoglobin yang menyebabkan
darah berwarna merah atau disebut dengan oksihemoglobin. Sel darah putih atau
leukosit memiliki bentuk lebih besar dari sel darah merah. Bentuk sel darah
putih adalah limfosit, basofil, neutrofil, monosit dan eosinofil. Fungsi
leukosit adalah membunuh kuman penyakit dalam tubuh dan membentuk antibodi tubuh
(Kwon, 2012). Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan
oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan
nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolism dan mengandung berbagai bahan
penyusun system imunyang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit
(Tadeus, 2009).
1.2.
Tujuan
Tujuan
dari praktikum penentuan jumlah eritrosit dan leukosit adalah :
1.
Mengetahui cara pengambilan darah hewan;
2.
Mengetahui kadar hemoglobin;
3.
Mengetahui perbedaan bentuk dan jumlah
sel darah pada berbagai hewan.
II.
MATERI
DAN METODE
2.1.
Materi
2.1.1.
Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum adalah haemometer, haemositometer, pipet toma
untuk perhitungan eritrosit, pipet toma untuk perhitungan leukosit dan
mikroskop.
2.1.2.
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum adalah darah ikan, larutan Hayem (untuk
eritrosit) dan larutan Turk (untuk leukosit).
2.2.
Metode
2.2.1.
Cara kerja
1.
Menghitung jumlah leukosit (pengenceran
10 kali)
a. Darah
ikan dengan mikropipet sampai menunjukkan angka 1, kemudian ujungnya
dibersihkan dengan kertas hisap.
b. Larutan
Turk yang sudah dituangkan terlebih dahulu di dalam tabung reaksi di isap
sampai angka 11.
c. Pipa
karet (yang dipakai untuk menghisap) di ambil dari pipet. Kemudian pipet
dipegang dengan ibu jari dan telunjuk dan dikocok selama 2 menit.
d. Dibuang
beberapa tetes (1-2 tetes), kemudian tetes berikutnya dipakai untuk
perhitungan.
e. Bilik
hitung disiapkan, cairan dalam pipet diteteskan sehingga cairan dapat masuk
dengan sendirinya ke dalam bilik tabung.
f. Dilihat
di bawah mikroskop, mula-mula dengan pembesaran lemah, kemudian dengan
pembesaran kuat.
g. Semua
leukosit yang terdapat pada bujur sangkar pojok dihitung. Jumlah bujur sangkar
yang dihitung 4x16= 64, dengan masing-masing sisi ¼ mm3.
h. Perhitungan
; jumlah bujur sangkar yang dihitung :64, dengan volume 1/160 mm3
diencerkan 10 kali, jumlah leukosit dihitung L.
i.
Jumlah leukosit per mm3 =
1/64 x 160 x 10 = 25 L.
2.
Menghitung jumlah eritrosit (pengenceran
100 kali)
a. Darah
ikan dengan mikropipet sampai menunjukkan angka 1, kemudian ujungnya
dibersihkan dengan kertas hisap.
b. Larutan
Hayem yang sudah dituangkan terlebih dahulu di dalam tabung reaksi di isap
sampai angka 11.
c. Pipa
karet (yang dipakai untuk menghisap) di ambil dari pipet. Kemudian pipet
dipegang dengan ibu jari dan telunjuk dan dikocok selama 2 menit.
d. Dibuang
beberapa tetes (1-2 tetes), kemudian tetes berikutnya dipakai untuk
perhitungan.
e. Bilik
hitung disiapkan, cairan dalam pipet diteteskan sehingga cairan dapat masuk
dengan sendirinya ke dalam bilik tabung.
f. Dilihat
di bawah mikroskop, mula-mula dengan pembesaran lemah, kemudian dengan
pembesaran kuat.
g. Semua
eritrosit yang dihitung terdapat di
dalam bujur sangkar kecil dengan sisi 1/20 atau dengan volume masing-masing
1/4000 mm3.
h. Jumlah
eritrosit terhitung = E, jumlah bujur sangkar = 80. Jumlah eritrosit per mm3
= E/80 x 4000 x100 = 5000 E.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
Tabel
1.
Hasil Perhitungan Eritrosit dan Leukosit
Kelompok
|
Hewan uji
|
∑ Eritrosit
(sel/mm3)
|
∑ Leukosit
(sel/mm3)
|
1
|
Ikan Nila
|
235.000
|
500
|
2
|
455.000
|
21.250
|
|
3
|
Ikan Nilem
|
680.000
|
5.250
|
4
|
105.000
|
1.625
|
Gambar
1.
Bilik hitung
Perhitungan
kelompok 3 :
-
Eritrosit = x 4000 x 100 -
Leukosit = L1 + L2 + L3 +L4
Jumlah = E1 + E2 + E3 + E4 + E5 = 210 X 25 = 5.250
= 136
= X 4000 X 100
= 680.000
3.2.
Pembahasan
Darah
merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang
disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan
pengikat, karena pada dasarnya terdiri dari unsur-unsur sel dan substansi
interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut
oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai
jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit. Warna merah pada darah disebabkan oleh
hemoglobin, protein, pernafasan (respiratory protein) yang terdapat dalam
eritrosit dan mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat
terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah juga mengangkut bahan sisa
metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan (Tadeus,
2009).
Karakteristik
darah dapat digunakan untuk mengevaluasi respon fisiologi ikan. Respon stress
pada hewan dapat dilihat dari perubahan kadar hormone kortisol, glukosa darah,
hemoglobin dan hematokrit. Dalam kondisi stress terjadi penurunan jumlah
eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin, sedangkan jumlah leukosit
cenderung meningkat. Berbagai sumber stress baik berupa faktor lingkungan
(suhu, cahaya, pemeliharaan, penangkapan dan transport) maupun faktor biotik
seperti infeksi mikroorganisme akan mempunyai dampak negatif terhadap perubahan
fisiologis tubuh hewan (Rachmawati dkk, 2010). Keadaan stress dapat
mempengaruhi aktivitas fisiologis dan kadar hemoglobin pada ikan. Keadaan
fisiologis darah ikan sangat bervariasi
tergantung pada kondisi lingkunganseperti kelembaban, suhu dan pH (Safitri dkk,
2013).
Darah
ikan terdiri dari 55% cairan plasma yang komponen primernya adalah air,
sedangkan komponen seluler (sel-sel darah) yang berada dalam plasma kurang
lebih 45% sel-sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit (Yuwono,
2001). Plasma darah merupakan komponen cairan yang mengandung ion-ion dan
molekul organik yang meliputi protein, elektrolit, molekul sampah, zat pengatur
dan zat-zat terlarut. Menurut Frandson (1992), fungsi darah antara lain :
a. Membawa
nutrient yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju ke seluruh tubuh;
b. Membawa
oksigen dari paru-paru ke jaringan menuju ginjal untuk di eksresi;
c. Membawa
produk buangan dari berbagai jaringan menuju ginjal;
d. Mempertahankan
keseimbangan air;
e. Sistem
buffer;
f. Mengandung
faktor-faktor untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Sel
darah merah bentuknya seperti cakram atau bikonkaf dan tidak mempunyai inti.
Ukuran diameter kira-kira 0.007 mm, tidak dapat bergerak, warnanya kuning
kemerahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin,
warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen
(Analis, 2012). Fungsi sel darah merah adalah untuk mengangkut hemoglobin yang
berperan membawa oksigen dari insang ke paru-paru kemudian ke jaringan. Selain
itu, berfungsi untuk mengkatalis reaksi antara karbondioksida dan air (Fujaya,
2002). Banyaknya sel darah merah dapat diketahui dengan menambahkan larutan
hayem sehingga mempermudah memberikan warna pada sampel darah yang diperoleh
(Jastrzbska, 2005). Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur,
kondisi tubuh, variasi harian dan keadaan stress. Jumlah eritrosit yang banyak
menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktif bergerak akan
memiliki eritrosit yang banyak karena akan mengkonsumsi banyak oksigen, sebab
eritrosit berfungsi sebagai transport oksigen dalam darah (Oktavia, 2011).
Peningkatan total eritrosit menandakan adanya upaya homeostasis pada tubuh ikan
(infeksi patogen) tubuh memproduksi sel darah lebih banyak untuk menggantikan eritrosit
yang mengalami lisis akibat adanya infeksi. Penurunan eritrosit mengindikasikan
adanya anemia pada ikan yang ditandai adanya pendarahan paa organ ginjal ikan
(Hardi dkk, 2011).
Leukosit
memiliki ciri-ciri yaitu mempunyai inti atau nucleus dan dapat bergerak secara
aktif. Jumlah leukosit pada ikan nilem lebih sedikit dibandingkan eritrosit,
karena hanya diproduksi dalam jumlah banyak pada waktu sakit. Leukosit
mempunyai bentuk yang khas (bulat telur sampai bulat), sitoplasma, nucleus dan
organnel semuanya bergerak dan bervariasi tergantung jenis hewan (Dellman dan
Brown, 1989). Banyaknya sel darah putih dapat diketahui dengan menambahkan
larutan Turk sehingga mempermudah memberika warna pada sampel darah yang
diperoleh. Leukosit berfungsi pada kekebalan dan pertahanan tubuh, memiliki
warna bening berbeda dengan sel darah merah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai media dalam
pengangkutan sari-sari makanan dan
oksigen dalam darah. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu meningkat
pada kondisi tertentu seperti umur, stress serta aktivitas fisiologisnya. Hewan
yang terinfeksi juga akan memiliki leukosit yang banyak karena berfungsi
melindungi tubuh dari infeksi, sedangkan penurunan leukosit dapat terjadi
karena keracunan bakteri ataupun infeksi usus (Oktavia, 2011). Saat adanya
infeksi, leukosit sebagai penjaga pertama berperan untuk menghalau sehingga
ditemukan adanya total leukosit yang lebih banyak pada areal infeksi. Secara
alamiah pada ikan yang terinfeksi pathogen akan ditemukan jumlah leukosit yang
lebih banyak dari kondisi normal, karena salah satu antisipasi tubuh untuk
mencegah perkembangan bakteri dalam tubuh dengan mengirimkan darah lebih banyak
ke daerah infeksi (Hardi dkk, 2011).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit adalah tergantung pada spesies,
kondisi pakan, kandungan bahan organic seperti glukosa, lemak, urea dan asam
urat, kondisi lingkungan, musim serta umur hewan (Oktavia, 2011). Menurut
Soetrisno (1987), perbedaan jumlah eritrosit dipengaruhi oleh :
1. Jenis
kelamin, pada ikan jantan jumlah eritrositnya lebih banyak daripada betina;
2. Umur,
semakin tua umurikan, maka jumlah eritrositnya semakin sedikit;
3. Kondisi
badan, pada kondisi sehat jumlah eritrosit akan lebih banyak;
4. Aktivitas
harian, jumlah eritrosit akan meningkat pada waktu bergerak aktif;
5. Stress,
jika stress akan menurunkan jumlah eritrosit pada ikan.
Hemoglobin
adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang
terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Molekul hemoglobin
terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik
dengan satu atom besi. Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl, artinya
banyaknya hemoglobin dalam 100 ml darah (Saputro, 2012). Satu gram hemoglobin
dapat mengikat sekitar 1.34 ml oksigen. Kadar hemoglobin yang rendah dapat
dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan,
defisiensi vitamin atau hewan tersebut terkena infeksi. Kadar normal hemoglobin
ikan adalah berkisar 12-14 Hb/100 ml (Oktavia, 2011). Kadar Hb berkaitan dengan
keseimbangan osmo lariats plasma darah. Rendahnya kadar Hb menyebabkan laju metabolism
menurun dan energy yang dihasilkan menjadi rendah. Hal ini membuat ikan menjadi
lemah dan tidak memiliki nafsu makan serta terlihat diam di dasar atau berenang
lemah (Hardi dkk, 2011).
Hemoglobin
berperan untuk transport oksigen dalam sel darah merah (Ogunlesi dkk, 2009).
Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah adalah pH, suhu, dimana
jika suhu meningkat maka kadar kelarutan CO2 meningkat dan
mempengaruhi suplai oksigen ke insang (Fujaya, 2002). Metode pengukuran Hb
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Metode
Sianmethemoglobin (dengan lar darbkins) di baca dengan metode kolorimeter
(spektrofotometer).
2. Metode
sahli (asam hematin) dibaca juga dengan metode kolorimeter.
Metode
Sahli merupakan cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan
dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin asam, untuk
dapat menentukan kadar Hb dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran
tersebut dengan akuades sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar.
Metode Sianmethemoglobin dilakukan dengan cara ferrosianida mengubah besi pada
Hb dan bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian
bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu Sianmethemoglobin
(Saputro, 2012).
Gambar
2.
Grafik Jumlah Eritrosit dan Leukosit
Grafik
diatas menunjukkan bahwa ikan Nila dan ikan Nilem memiliki jumlah eritrosit dan
leukosit yang berbeda. Pada kelompok 1 ikan Nila memiliki jumlah eritrosit
235.000 sel/mm3 dan leukosit 500 sel/mm3. Pada kelompok 2
ikan Nila memiliki jumlah eritrosit 455.000 sel/mm3 dan leukosit
21.250 sel/mm3, pada kelompok 3 ikan Nilem memiliki jumlah eritrosit
680.000 sel/mm3 dan leukosit 5.250 sel/mm3 sedangkan pada
kelompok 4 ikan Nilem memiliki jumlah eritrosit 105.000 sel/mm3 dan
leukosit 1.625 sel/mm3. Adanya perbedaan jumlah leukosit dan
eritrosit pada masing-masing ikan
tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang diantaranya tergantung pada
spesies, kondisi pakan, kandungan bahan organic seperti glukosa, lemak, urea
asam urat, kondisi lingkungan, musim serta umur hewan (Oktavia, 2011).
Menurut
Soetrisno (1987), perbedaan jumlah eritrosit dipengaruhi oleh :
1. Jenis
kelamin, pada ikan jantan jumlah eritrositnya lebih banyak daripada betina;
2. Umur,
semakin tua umurikan, maka jumlah eritrositnya semakin sedikit;
3. Kondisi
badan, pada kondisi sehat jumlah eritrosit akan lebih banyak;
4. Aktivitas
harian, jumlah eritrosit akan meningkat pada waktu bergerak aktif;
5. Stress,
jika stress akan menurunkan jumlah eritrosit pada ikan.
IV.
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum Penentuan Jumlah Eritrosit dan Leukosit Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) adalah sebagai
berikut :
a. Pengambilan
darah pada ikan dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu dari linea lateralis, dari
jantung ikan dan dari batang ekor.
b. Eritrosit
memiliki bentuk dan jumlah sel darah yang berbeda pada ikan Nila dan ikan
Nilem.
c. Jumlah
eritrosit pada ikan dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi badan,
aktivitas harian dan stress. Sedangkan jumlah leukosit pada ikan dipengaruhi
oleh aktivitas, umur, kesehatan dan aktivitas fisiologisnya.
4.2.
Saran
Penghitungan
jumlah eritrosit dan leukosit di bawah mikroskop sebaiknya dilakukan dengan
teliti agar hasil yang diperoleh sesuai dengan jumlah eritrosit dan leukosit
yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Analis, Ridwan.
2012. Pengertian Darah dan Bagian-bagiannya. http ://wordpress.com.
Diakses Tanggal 16 Mei 2013.
Dellman, H. D
dan Ester, M. B. 1992. Buku Teks
Histologi. Veteriner 1-VI. Press : Jakarta.
Frandson, R.
1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
UGM. Press : Yogyakarta.
Fujaya, Y. 2002.
Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan
Teknologi Perikanan Departemen Pendidikan Nasional.
Hardi, Esti
Handayani dkk. 2011. Karakteristik dan Patogenisitas Streptococcus agalactiae
Tipe β-hemolitik dan Nonhemolitik pada Ikan Nila. Jurnal Veteriner. Volume 12. Halaman 152-164.
Hardi, Esti
Handayani dkk. 2011. Toksisitas Produk Ekstrasellular (ECP) Streptococcus agalactiae pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Natur Indonesia.
Volume 13. Halaman 187-199.
Jastrzbska, E.
B. M. Protasowicki. Effect of Cadmium and Nickel Exposure on Haemotological
Parameters of Common Carp Cyprinus carpio.
Acta Ichthyological. Volume 35.
Halaman 29-38.
Kwon, Jeremiah.
2012. Sel Darah Merah (Eritrosit),
Sel Darah Putih (Leukosit) dn Keping Darah (Trombosit). http :// asiabussinescenter.
blogspot.com. Diakses Tanggal 16 Mei 2013.
Ogunlesi, M dkk.
2009. Novel Method for the Determination of Hemoglobin Phenotypes by Cyclic
Voltammetry Using Glassy Carbon Electrode. International
Journal Electrochemical Science. Volume 4. Halaman 1593-1606.
Oktavia,
Swastika. 2011. Pengukuran Jumlah Leukosit, Eritrosit dan Kadar Hemoglobin.
http :// swastika-oktavia.blogspot.com. Diakses Tanggal 16 Mei 2013.
Rachmawati,
Farida Nur dkk. 2010. Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis niloticus yang Distimulasi dengan Daur Pemuasaan dan
Pemberian Pakan Kembali. Seminar Nasional
Biologi. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta. Halaman 492-499.
Safitri, Dewi
dkk. 2013. Kadar Hemoglobin Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) yang Diberi Pakan Cekaman Panas dan Pakan yang di
Suplementasikan Tepung Daun Jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Jurnal Medika Veterinaria. Volume 7.
Halaman 39-41.
Saputro, Dias
Nur. 2012. Pengertian Hemoglobin. http ://indonesiailmuan. Blogspot. com
. Diakses Tanggal 16 Mei 2013.
Sutrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas
Peternakan, UNSOED : Purwokerto.
Tadeus, 2009. Histology.
http ://histologidrgtadeus.blogspot.com. Diakses tanggal 16 Mei 2013.
Yuwono, E. 2001.
Fisiologi Hewan1 Fakultas Biologi.
Unsoed : Purwokerto.