Pengikut

Jumat, 14 Juni 2013

PENENTUAN JUMLAH ERITROSIT DAN LEUKOSIT PADA IKAN

I.                   PENDAHULUAN
1.1.            Latar belakang
Darah dapat didefinisikan sebagai suatu jaringan pengikat dan mempunyai dua komponen, yaitu : komponen cairan yang disebut plasma darah dan komponen sel-sel darah atau korpuskula darah yang terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Plasma yang berupa cairan adalah tempat terlarutnya mineral, produk digesti terabsorpsi, produk buangan, sekresi khusus, enzim, antibodi dan gas yang terlarut. Kadar hemoglobin, jumlah dan bentuk sel darah hewan berbeda-beda, eritrosit mamalia tidak berinti dan berbentuk bulat. Eritrosit ikan berinti dan  berwarna merah muda. Sel darah merah ikan dewasa biasanya berbentuk oval dengan diameter 7-46 µ. Transport oksigen dalam darah tergantung pada komponen besar dalam pigmen respirasi, yaitu umumnya hemoglobin. Jumlah hemoglobin bervariasi dengan jumlah sel darah merah yang ada. Jumlah eritrosit berkisar antara 20.000-3.000.000 per ml darah. Contoh, ikan Goosfish mempunyai eritrosit 867.000 dan ikan Mackerel 3.000.000 per ml darah. Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang mengikat oksigen dari insang untuk dihantarkan ke seluruh jaringan tubuh. Kadar hemoglobin ikan air tawar berkisar antara 5.05-8.33 g/dl. Leukosit berbentuk bulat telur sampai bulat. Jumlah leukosit ikan berkisar antara 20.000-150.000 per ml darah. Leukosit dibedakan menjadi leukosit bergranula (granulosit), yang menyusun 4-40 % dari seluruh leukosit dan yang tidak bergranula (agranulosit). Diameter leukosit rata-rata 10 µ, tetapi pada African langfish berkisar antara 24-33 µ.
Eritrosit atau sel darah merah merupakan bagian terbesar atau terbanyak yaitu sebanyak 99 %. Bentuk sel darah merah yaitu bikonkaf : berbentuk pipih, bulat, cekung pada bagian tengah dan bertumpuk. Fungsi dari eritrosit ini adalah penentu golongan darah dan mengangkut oksigen yang diangkut oleh hemoglobin yang menyebabkan darah berwarna merah atau disebut dengan oksihemoglobin. Sel darah putih atau leukosit memiliki bentuk lebih besar dari sel darah merah. Bentuk sel darah putih adalah limfosit, basofil, neutrofil, monosit dan eosinofil. Fungsi leukosit adalah membunuh kuman penyakit dalam tubuh dan membentuk antibodi tubuh (Kwon, 2012). Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolism dan mengandung berbagai bahan penyusun system imunyang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Tadeus, 2009).
1.2.            Tujuan
Tujuan dari praktikum penentuan jumlah eritrosit dan leukosit adalah :
1.      Mengetahui cara pengambilan darah hewan;
2.      Mengetahui kadar hemoglobin;
3.      Mengetahui perbedaan bentuk dan jumlah sel darah pada berbagai hewan.

II.                MATERI DAN METODE
2.1.            Materi
2.1.1.      Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah haemometer, haemositometer, pipet toma untuk perhitungan eritrosit, pipet toma untuk perhitungan leukosit dan mikroskop.
2.1.2.      Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah darah ikan, larutan Hayem (untuk eritrosit) dan larutan Turk (untuk leukosit).
2.2.            Metode
2.2.1.      Cara kerja
1.      Menghitung jumlah leukosit (pengenceran 10 kali)
a.       Darah ikan dengan mikropipet sampai menunjukkan angka 1, kemudian ujungnya dibersihkan dengan kertas hisap.
b.      Larutan Turk yang sudah dituangkan terlebih dahulu di dalam tabung reaksi di isap sampai angka 11.
c.       Pipa karet (yang dipakai untuk menghisap) di ambil dari pipet. Kemudian pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk dan dikocok selama 2 menit.
d.      Dibuang beberapa tetes (1-2 tetes), kemudian tetes berikutnya dipakai untuk perhitungan.
e.       Bilik hitung disiapkan, cairan dalam pipet diteteskan sehingga cairan dapat masuk dengan sendirinya ke dalam bilik tabung.
f.       Dilihat di bawah mikroskop, mula-mula dengan pembesaran lemah, kemudian dengan pembesaran kuat.
g.      Semua leukosit yang terdapat pada bujur sangkar pojok dihitung. Jumlah bujur sangkar yang dihitung 4x16= 64, dengan masing-masing sisi ¼ mm3.
h.      Perhitungan ; jumlah bujur sangkar yang dihitung :64, dengan volume 1/160 mm3 diencerkan 10 kali, jumlah leukosit dihitung L.
i.        Jumlah leukosit per mm3 = 1/64 x 160 x 10 = 25 L.
2.      Menghitung jumlah eritrosit (pengenceran 100 kali)
a.       Darah ikan dengan mikropipet sampai menunjukkan angka 1, kemudian ujungnya dibersihkan dengan kertas hisap.
b.      Larutan Hayem yang sudah dituangkan terlebih dahulu di dalam tabung reaksi di isap sampai angka 11.
c.       Pipa karet (yang dipakai untuk menghisap) di ambil dari pipet. Kemudian pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk dan dikocok selama 2 menit.
d.      Dibuang beberapa tetes (1-2 tetes), kemudian tetes berikutnya dipakai untuk perhitungan.
e.       Bilik hitung disiapkan, cairan dalam pipet diteteskan sehingga cairan dapat masuk dengan sendirinya ke dalam bilik tabung.
f.       Dilihat di bawah mikroskop, mula-mula dengan pembesaran lemah, kemudian dengan pembesaran kuat.
g.      Semua eritrosit  yang dihitung terdapat di dalam bujur sangkar kecil dengan sisi 1/20 atau dengan volume masing-masing 1/4000 mm3.
h.      Jumlah eritrosit terhitung = E, jumlah bujur sangkar = 80. Jumlah eritrosit per mm3 = E/80 x 4000 x100 = 5000 E.

III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.            Hasil
Tabel 1. Hasil Perhitungan Eritrosit dan Leukosit
Kelompok
Hewan uji
∑ Eritrosit (sel/mm3)
∑ Leukosit (sel/mm3)
1
Ikan Nila
235.000
500
2
455.000
21.250
3
Ikan Nilem
680.000
5.250
4
105.000
1.625

bilik hitung.jpg
Gambar 1. Bilik hitung
Perhitungan kelompok 3 :
-          Eritrosit     =  x 4000 x 100                               - Leukosit = L1 + L2 + L3 +L4
Jumlah       = E1 + E2 + E3 + E4 + E5                                  = 210 X 25 = 5.250
                  = 136
                  =  X 4000 X 100
                  = 680.000
3.2.            Pembahasan
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat, karena pada dasarnya terdiri dari unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein, pernafasan (respiratory protein) yang terdapat dalam eritrosit dan mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah juga mengangkut bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan (Tadeus, 2009).
Karakteristik darah dapat digunakan untuk mengevaluasi respon fisiologi ikan. Respon stress pada hewan dapat dilihat dari perubahan kadar hormone kortisol, glukosa darah, hemoglobin dan hematokrit. Dalam kondisi stress terjadi penurunan jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin, sedangkan jumlah leukosit cenderung meningkat. Berbagai sumber stress baik berupa faktor lingkungan (suhu, cahaya, pemeliharaan, penangkapan dan transport) maupun faktor biotik seperti infeksi mikroorganisme akan mempunyai dampak negatif terhadap perubahan fisiologis tubuh hewan (Rachmawati dkk, 2010). Keadaan stress dapat mempengaruhi aktivitas fisiologis dan kadar hemoglobin pada ikan. Keadaan fisiologis darah ikan  sangat bervariasi tergantung pada kondisi lingkunganseperti kelembaban, suhu dan pH (Safitri dkk, 2013).
Darah ikan terdiri dari 55% cairan plasma yang komponen primernya adalah air, sedangkan komponen seluler (sel-sel darah) yang berada dalam plasma kurang lebih 45% sel-sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit (Yuwono, 2001). Plasma darah merupakan komponen cairan yang mengandung ion-ion dan molekul organik yang meliputi protein, elektrolit, molekul sampah, zat pengatur dan zat-zat terlarut. Menurut Frandson (1992), fungsi darah antara lain :
a.       Membawa nutrient yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju ke seluruh tubuh;
b.      Membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan menuju ginjal untuk di eksresi;
c.       Membawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju ginjal;
d.      Mempertahankan keseimbangan air;
e.       Sistem buffer;
f.       Mengandung faktor-faktor untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Sel darah merah bentuknya seperti cakram atau bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 0.007 mm, tidak dapat bergerak, warnanya kuning kemerahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen (Analis, 2012). Fungsi sel darah merah adalah untuk mengangkut hemoglobin yang berperan membawa oksigen dari insang ke paru-paru kemudian ke jaringan. Selain itu, berfungsi untuk mengkatalis reaksi antara karbondioksida dan air (Fujaya, 2002). Banyaknya sel darah merah dapat diketahui dengan menambahkan larutan hayem sehingga mempermudah memberikan warna pada sampel darah yang diperoleh (Jastrzbska, 2005). Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian dan keadaan stress. Jumlah eritrosit yang banyak menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktif bergerak akan memiliki eritrosit yang banyak karena akan mengkonsumsi banyak oksigen, sebab eritrosit berfungsi sebagai transport oksigen dalam darah (Oktavia, 2011). Peningkatan total eritrosit menandakan adanya upaya homeostasis pada tubuh ikan (infeksi patogen) tubuh memproduksi sel darah lebih banyak untuk menggantikan eritrosit yang mengalami lisis akibat adanya infeksi. Penurunan eritrosit mengindikasikan adanya anemia pada ikan yang ditandai adanya pendarahan paa organ ginjal ikan (Hardi dkk, 2011).
Leukosit memiliki ciri-ciri yaitu mempunyai inti atau nucleus dan dapat bergerak secara aktif. Jumlah leukosit pada ikan nilem lebih sedikit dibandingkan eritrosit, karena hanya diproduksi dalam jumlah banyak pada waktu sakit. Leukosit mempunyai bentuk yang khas (bulat telur sampai bulat), sitoplasma, nucleus dan organnel semuanya bergerak dan bervariasi tergantung jenis hewan (Dellman dan Brown, 1989). Banyaknya sel darah putih dapat diketahui dengan menambahkan larutan Turk sehingga mempermudah memberika warna pada sampel darah yang diperoleh. Leukosit berfungsi pada kekebalan dan pertahanan tubuh, memiliki warna bening berbeda dengan sel darah merah yang berwarna merah  dan berfungsi sebagai media dalam pengangkutan sari-sari  makanan dan oksigen dalam darah. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu meningkat pada kondisi tertentu seperti umur, stress serta aktivitas fisiologisnya. Hewan yang terinfeksi juga akan memiliki leukosit yang banyak karena berfungsi melindungi tubuh dari infeksi, sedangkan penurunan leukosit dapat terjadi karena keracunan bakteri ataupun infeksi usus (Oktavia, 2011). Saat adanya infeksi, leukosit sebagai penjaga pertama berperan untuk menghalau sehingga ditemukan adanya total leukosit yang lebih banyak pada areal infeksi. Secara alamiah pada ikan yang terinfeksi pathogen akan ditemukan jumlah leukosit yang lebih banyak dari kondisi normal, karena salah satu antisipasi tubuh untuk mencegah perkembangan bakteri dalam tubuh dengan mengirimkan darah lebih banyak ke daerah infeksi (Hardi dkk, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit adalah tergantung pada spesies, kondisi pakan, kandungan bahan organic seperti glukosa, lemak, urea dan asam urat, kondisi lingkungan, musim serta umur hewan (Oktavia, 2011). Menurut Soetrisno (1987), perbedaan jumlah eritrosit dipengaruhi oleh :
1.      Jenis kelamin, pada ikan jantan jumlah eritrositnya lebih banyak daripada betina;
2.      Umur, semakin tua umurikan, maka jumlah eritrositnya semakin sedikit;
3.      Kondisi badan, pada kondisi sehat jumlah eritrosit akan lebih banyak;
4.      Aktivitas harian, jumlah eritrosit akan meningkat pada waktu bergerak aktif;
5.      Stress, jika stress akan menurunkan jumlah eritrosit pada ikan.
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl, artinya banyaknya hemoglobin dalam 100 ml darah (Saputro, 2012). Satu gram hemoglobin dapat mengikat sekitar 1.34 ml oksigen. Kadar hemoglobin yang rendah dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau hewan tersebut terkena infeksi. Kadar normal hemoglobin ikan adalah berkisar 12-14 Hb/100 ml (Oktavia, 2011). Kadar Hb berkaitan dengan keseimbangan osmo lariats plasma darah. Rendahnya kadar Hb menyebabkan laju metabolism menurun dan energy yang dihasilkan menjadi rendah. Hal ini membuat ikan menjadi lemah dan tidak memiliki nafsu makan serta terlihat diam di dasar atau berenang lemah (Hardi dkk, 2011).
Hemoglobin berperan untuk transport oksigen dalam sel darah merah (Ogunlesi dkk, 2009). Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah adalah pH, suhu, dimana jika suhu meningkat maka kadar kelarutan CO2 meningkat dan mempengaruhi suplai oksigen ke insang (Fujaya, 2002). Metode pengukuran Hb dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1.      Metode Sianmethemoglobin (dengan lar darbkins) di baca dengan metode kolorimeter (spektrofotometer).
2.      Metode sahli (asam hematin) dibaca juga dengan metode kolorimeter.
Metode Sahli merupakan cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin asam, untuk dapat menentukan kadar Hb dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut dengan akuades sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar. Metode Sianmethemoglobin dilakukan dengan cara ferrosianida mengubah besi pada Hb dan bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu Sianmethemoglobin (Saputro, 2012).
Gambar 2. Grafik Jumlah Eritrosit dan Leukosit
Grafik diatas menunjukkan bahwa ikan Nila dan ikan Nilem memiliki jumlah eritrosit dan leukosit yang berbeda. Pada kelompok 1 ikan Nila memiliki jumlah eritrosit 235.000 sel/mm3 dan leukosit 500 sel/mm3. Pada kelompok 2 ikan Nila memiliki jumlah eritrosit 455.000 sel/mm3 dan leukosit 21.250 sel/mm3, pada kelompok 3 ikan Nilem memiliki jumlah eritrosit 680.000 sel/mm3 dan leukosit 5.250 sel/mm3 sedangkan pada kelompok 4 ikan Nilem memiliki jumlah eritrosit 105.000 sel/mm3 dan leukosit 1.625 sel/mm3. Adanya perbedaan jumlah leukosit dan eritrosit  pada masing-masing ikan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang diantaranya tergantung pada spesies, kondisi pakan, kandungan bahan organic seperti glukosa, lemak, urea asam urat, kondisi lingkungan, musim serta umur hewan (Oktavia, 2011).
Menurut Soetrisno (1987), perbedaan jumlah eritrosit dipengaruhi oleh :
1.      Jenis kelamin, pada ikan jantan jumlah eritrositnya lebih banyak daripada betina;
2.      Umur, semakin tua umurikan, maka jumlah eritrositnya semakin sedikit;
3.      Kondisi badan, pada kondisi sehat jumlah eritrosit akan lebih banyak;
4.      Aktivitas harian, jumlah eritrosit akan meningkat pada waktu bergerak aktif;
5.      Stress, jika stress akan menurunkan jumlah eritrosit pada ikan.
IV.             PENUTUP
4.1.            Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Penentuan Jumlah Eritrosit dan Leukosit Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) adalah sebagai berikut :
a.       Pengambilan darah pada ikan dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu dari linea lateralis, dari jantung ikan dan dari batang ekor.
b.      Eritrosit memiliki bentuk dan jumlah sel darah yang berbeda pada ikan Nila dan ikan Nilem.
c.       Jumlah eritrosit pada ikan dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi badan, aktivitas harian dan stress. Sedangkan jumlah leukosit pada ikan dipengaruhi oleh aktivitas, umur, kesehatan dan aktivitas fisiologisnya.
4.2.            Saran
Penghitungan jumlah eritrosit dan leukosit di bawah mikroskop sebaiknya dilakukan dengan teliti agar hasil yang diperoleh sesuai dengan jumlah eritrosit dan leukosit yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Analis, Ridwan. 2012. Pengertian Darah dan Bagian-bagiannya. http ://wordpress.com. Diakses Tanggal 16 Mei 2013.
Dellman, H. D dan Ester, M. B. 1992. Buku Teks Histologi. Veteriner 1-VI. Press : Jakarta.
Frandson, R. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM. Press : Yogyakarta.
Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan Departemen Pendidikan Nasional.
Hardi, Esti Handayani dkk. 2011. Karakteristik dan Patogenisitas Streptococcus agalactiae Tipe β-hemolitik dan Nonhemolitik pada Ikan Nila. Jurnal Veteriner. Volume 12. Halaman 152-164.
Hardi, Esti Handayani dkk. 2011. Toksisitas Produk Ekstrasellular (ECP) Streptococcus agalactiae pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Natur Indonesia. Volume 13. Halaman 187-199.
Jastrzbska, E. B. M. Protasowicki. Effect of Cadmium and Nickel Exposure on Haemotological Parameters of Common Carp Cyprinus carpio. Acta Ichthyological. Volume 35. Halaman 29-38.
Kwon, Jeremiah. 2012. Sel Darah Merah  (Eritrosit), Sel Darah Putih (Leukosit) dn Keping Darah (Trombosit). http :// asiabussinescenter. blogspot.com. Diakses Tanggal 16 Mei 2013.
Ogunlesi, M dkk. 2009. Novel Method for the Determination of Hemoglobin Phenotypes by Cyclic Voltammetry Using Glassy Carbon Electrode. International Journal Electrochemical Science. Volume 4. Halaman 1593-1606.
Oktavia, Swastika. 2011. Pengukuran Jumlah Leukosit, Eritrosit dan Kadar Hemoglobin. http :// swastika-oktavia.blogspot.com. Diakses Tanggal 16 Mei 2013.
Rachmawati, Farida Nur dkk. 2010. Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis niloticus yang Distimulasi dengan Daur Pemuasaan dan Pemberian Pakan Kembali. Seminar Nasional Biologi. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta. Halaman 492-499.
Safitri, Dewi dkk. 2013. Kadar Hemoglobin Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diberi Pakan Cekaman Panas dan Pakan yang di Suplementasikan Tepung Daun Jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Jurnal Medika Veterinaria. Volume 7. Halaman 39-41.
Saputro, Dias Nur. 2012. Pengertian Hemoglobin. http ://indonesiailmuan. Blogspot. com . Diakses Tanggal 16 Mei 2013.
Sutrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan, UNSOED : Purwokerto.
Tadeus, 2009. Histology. http ://histologidrgtadeus.blogspot.com. Diakses tanggal 16 Mei 2013.

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan1 Fakultas Biologi. Unsoed : Purwokerto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar