Pengikut

Jumat, 14 Juni 2013

ACARA 3
KERJA JANTUNG DAPHNIA

III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.            Hasil
Table 1. Data Hasil Praktikum Kerja Jantung Daphnia
Klp
Temperatur normal
DJ/menit
Temperatur dingin
DJ/menit
Temperatur panas
DJ/menit
Alkohol DJ/menit
1
27.5˚C
108
9˚C
100
91˚C
104
84
2
28˚C
248
7˚C
176
82˚C
284
144
3
28˚C
60
8˚C
44
72.5˚C
64
32
4
28˚C
72
8˚C
60
86˚C
60
36
Data perhitungan kelompok 3 :
-          Temperature normal          : 28˚C, denyut jantung selama 15 menit         : 15
DJ/menit                            : 15x4  : 60
-          Temperature dingin           : 8˚C, denyut jantung selama 15 menit           : 11
DJ/menit                            : 11x4  : 44
-          Temperature panas            : 72.5˚C, denyut jantung selama 15 menit      : 16
DJ/menit                            : 16x4  : 64
-          Setelah pemberian alcohol : Daphnia mati pada menit ke-8 dengan jumlah denyut jantung 8.
Dj/menit                            : 8x4    : 32
3.2.            Pembahasan
Daphnia adalah crustacean yang berukuran kecil yang hidup di perairan tawar, sering juga disebut sebagai kutu air, karena cara bergerak yang unik di dalam air. Ada terdapat banyak spesies ( 400 spesies) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari semua spesies yang ada Daphnia dan Moina yang paling dikenal, dan sering digunakan sebagai pakan untuk larva ikan. Terdapat berbagai macam ukuran untuk Daphniidae, tergantung pada spesiesnya. Moina yang baru menetas mempunyai ukuran yang sedikit lebih besar daripada artemia yang baru menetas dan dua kali lebih besar dari moina. Biasanya Daphnia memiliki ukuran 0,1-3 mm. Kandungan nutrisi Daphnia bervariasi menurut umur dan tergantung pada makanan yang dimakan. Kandungan protein Daphnia biasanya sekitar 50 % dari berat kering. Pada Daphnia dewasa mengandung lemak yang lebih tinggi dibandingkan pada juvenile yaitu sekitar 20-27 %, serta 4-6 % pada juvenile (Pangkey, 2009).
Pada beberapa spesies dijumpai mengandung protein sampai sebanyak 70 %. Daphnia juga mengandung sejumlah  enzim pencernaan seperti protease, peptidase, amylase, lipase an selulase (Pangkey, 2009). Pakan alami Dahnia magna merupakan salah satu dari jenis crustacean atau memiliki bentuk kecil seperti udang renik yang digunakan sebagai pakan larva dan burayak. Daphnia magna tidak selalu tersedia di alam. Perkembangannya tergantung pada pakan yang tersedia dan kondisi lingkungan (Pradana, 2009).
Daphnia berasal dari Phylum Arthropoda yang hidup secara alami di perairan tawar. Spesies-spesies dari genus Daphnia ditemukan mulai dari daerah tropis hingga arktik dengan berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau yang luas. Dari 50 spesies dari genus ini di seluruh dunia, hanya enam spesies yang secara normal dapat ditemukan di daerah tropika. Salah satunya adalah Daphnia magna. Secara morfologi pembagian segmen tubuh daphnia hamper tidak terlihat. Kepala menyatu dengan bentuk membungkuk ke arah bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan enam pasang kaki semu  yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antenna dan sepasang seta. Beberapa Daphnia memakan crustacean dan rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah filter feeder, memakan alga uniseluler dan berbagai macam detritus organik termasuk protista dan bakteri. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membuat arus kecil saat mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap (Ricci, 2011).
Daphnia memiliki fase seksual dan aseksual. Pada kebanyakan perairan populasi Daphnia lebih didominasi oleh Daphnia betina yang bereproduksi secara aseksual. Pada kondisi yang optimum, Daphnia betina dapat memproduksi telur sebanyak 100 butir, dapat bertelur kembali setiap 3 hari. Daphnia betina dapat bertelur hingga sebanyak 25 kali dalam hidupnya, tetapi rata-rata dijumpai Daphnia betina hanya bisa bertelur sebanyak 6 kali dalam hidupnya. Daphnia betina akan mulai setelah berusia 4 hari dengan telur sebanyak 4-22 butir. Pada kondisi buruk jantan dapat bereproduksi, sehingga reproduksi seksual terjadi. Telur-telur yang dihasilkan merupakan telur-telur dorman (resting eggs). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hal ini adalah kekurangan makanan., kandungan oksigen yang rendah, kepadatan populasi yang tinggi serta temperature yang rendah (Pangkey, 2009). Telur dorman disebut ephippia, telur ini merupakan hasil reproduksi Daphnia secara seksual. Ephippia dapat diproduksi  secara missal untuk memenuhi ketersediaan dan kontinuitas Daphnia magna yang berkurang di alam pada musim penghujan (Pradana, 2009). Daphnia merupakan crustacean kecil yang tidak mahal, mudah untuk dipelihara dan bersifat transparan (Corotto, 2010).
Klasifikasi Daphnia (Pangkey, 2009) adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
            Phylum            : Arthropoda
            Subphylum      : Crustacea
            Kelas               : Branchiopoda
            Ordo                : Cladocera
            Family             : Daphniidae
            Genus              : Daphnia
      Spesies            : Daphnia magna                                  


Gambar 2. Grafik Kerja Jantung Daphnia

Grafik di atas menunjukkan bahwa Daphnia memiliki denyut jantung yang berbeda pada temperature yang berbeda. Pada temperature normal 28˚C yaitu keadaan tanpa campur tangan sejak pengambilan Daphnia sebagai hewan uji pengamatan. Diperoleh denyut jantung Daphnia permenit yaitu 60. Menurut Barnes (1966), jumlah denyut jantung Daphnia pada lingkungan normal adalah 120 denyut permenit. Jumlah yang diperoleh pada waktu praktikum tidak sesuai dengan referensi. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang fokusnya dalam pengamatan denyut jantung Daphnia di bawah mikroskop yang sering terkecoh oleh gerakan ekornya yang ritmis.
Pada perlakuan kedua yaitu pada temperature dingin 8˚C, diperoleh denyut jantung Daphnia sebanyak 44 denyut jantung permenit. Hasil praktikum tersebut menunjukkan bahwa denyut Daphnia mengalami penurunan dari temperature normal ke temperature dingin. Hal tersebut sesuai referensi, menurut Johnson (1991), Daphnia yang diambil dari air dingin akan mempunyai frekuensi denyut  jantung yang lebih rendah dari pada kondisi normal, karena metabolisme tubuh berjalan lambat pada kondisi dingin. Metabolisme yang berjalan lambat berakibat kecilnya denyut jantung karena tubuh membutuhkan suplai oksigen yang lebih sedikit untuk mendukung metabolisme tersebut.
Perlakuan selanjutnya adalah pada temperature panas 72.5˚C. Hasil praktikum menunjukkan bahwa denyut jantung Daphnia mengalami peningkatan menjadi 64 denyut jantung permenit. Hasil tersebut sesuai dengan referensi. Menurut Sutrisno (1989). Frekuensi denyut jantung Daphnia pada kondisi panas akan menjadi lebih cepat. Semakin tinggi temperature lingkungan maka frekuensi denyut jantung juga akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena metabolisme tubuh berjalan cepat untuk mengatur kondisi normal, meningkatnya kondisi tubuh atau metabolisme tubuh mengakibatkan oksigen yang dibutuhkan ditransport dengan cepat.
Perlakuan terakhir yaitu kondisi kimia, dimana Daphnia mendapat penambahan zat kimia berupa alkohol. Hasil yang diperoleh denyut jantung Daphnia mengalami penurunan menjadi 32 denyut jantung permenit dan Daphnia mengalami kematian pada detik ke-8 (hitungan 15 detik sebelum diperoleh denyut jantung permenit). Menurut Waterman (1960), senyawa toksik menyebabkan seluruh sistem jaringan tubuh dalam hewan terganggu. Menurut Frodson (1992), adanya faktor-faktor kimia akan  mempengaruhi aktivitas denyut jantung, ada yang bersifat memperlambat dan ada yang bersifat mempercepat.
Denyut jantung untuk setiap hewan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh keadaan makhluk hidup tersebut. Hewan-hewan kecil biasanya memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih cepat dibandingkan hewan-hewan besar, hal ini disebabkan karena hewan yang lebih kecil memiliki frekuensi metabolisme  yang lebih tinggi pada setiap berat tubuhnya. Menurut Waterman (1960), hewan kecil memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih cepat dari pada hewan dewasa baik itu pada suhu panas, sedang, dingin, maupun alkoholik, hal ini disebabkan karena adanya kecepatan metabolisme.
Menurut Waterman (1960), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja jantung, yaitu sebagai berikut :
1.      Aktivitas dan faktor yang mempengaruhi denyut jantung akan bertambah lambat setelah keadaan tenang;
2.      Ukuran dan umur, dimana spesies yang lebih besar cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih lambat;
3.      Cahaya, pada keadaan gelap denyut jantung akan mengalami penurunan sedangkan pada keadaan terang denyut jantung akan mengalami peningkatan;
4.      Temperature, denyut jantung akan bertambah tinggi jika suhu meningkat;
5.      Obat-obatan ( senyawa kimia), zat kimia menyebabkan aktivitas denyut jantung menjadi tinggi atau meningkat.
Bahan-bahan kimia yang lain seperti acetylcholine, tetraethylpyrophosphate, pilocarpin, adrenaline dan rotetone juga dapat mempengaruhi denyut jantung Daphnia. Zat ini dapat memberi efek positif dan negatif terhadap jantung. Nikotin akan memperlambat denyut jantung,begitu juga dengan ethanol (Navaro, 2003).

IV.             PENUTUP
4.1.            Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah :
1.      Denyut jantung pada Daphnia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor temperature  lingkungan (temperature normal, dingin, panas) dan factor zat kimia (alkohol).
2.      Pada temperature normal (28˚C) diperoleh 60 denyut jantung Daphnia permenit, pada temperature dingin (8˚C) diperoleh 44 denyut jantung Daphnia permenit, pada temperature panas (72.5˚C) diperoleh 64 denyut jantung Daphnia permenit dan setelah penambahan alkohol 75 % diperoleh denyut jantung Daphnia permenit.
4.2.            Saran
Pengamatan denyut jantung Daphnia sebaiknya dilakukan dengan teliti, karena akan berpengaruh terhadap denyut jantung permenit yang diperoleh pada masing-masing perlakuan. Pada pelaksanaan praktikum, para praktikan diharapkan dapat bekerja dengan cepat karena akan berpengaruh terhadap tingkat kesetressan pada Daphnia yang dapat menyebabkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Hairil. 2010. Denyut Jantung Daphnia sp..    http://zaldibiaksambas.files.wordpress.com. Diakses Tanggal 13 April 2013.
Barness, R. D. 1966. Invertebrate Zoology. W. B. Sanders Company, Philadelphia : London.
Corotto, Frank dkk. 2010. Making the Most of the Daphnia Heart Rate Lab : Optimizing the Use of Ethanol, Nicotin and Caffein. The American Biology Teacher. Volume 72. Halaman 176-179.
Frondson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gajah Mada Press : Yogyakarta.
Johnson, A. T. 1991. Biomechanic and Exercise Physiology. John Wiley and Sons Inc : Toronto.
Navarro, Arturo Villegas, et al. 2003. The Heart of Daphnia magna : Effects of Four Cardioactive Drugs. Comparative Biochemistry and Physiology Part C 136. Halaman 127-134.
Pangkey, Henneke. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Volume 5. Halaman 33-36.
Pradana , Yulian C. E dkk. 2009. Pengaruh Suhu dan Kepadatan Ephippia yang Berbeda terhadap Penetasan Ephippia Daphnia magna. Jurnal Imiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1. Halaman 31-36.
Ricci, Ignaico. 2011. Daphnia sp. (Klasifikasi, Morfologi, Reproduksi). Bacillus subtilis, Bakteri Nitrifikasi, Sistem Kultur Zooplankton, Parameter Kualitas Air. http: //pobersonaibaho.wordpress.com. Diakses Tanggal 13 April 2013.
Sutrisno, 1989. Fisiologi Hewan. Fakultas Peternakan UNSOED : Purwokerto.
Waterman, T. H. 1960. The Physiology of Crustacea. Volume 1. Academic Press : New York.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar