ACARA 3
KERJA JANTUNG DAPHNIA
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
Table 1. Data Hasil
Praktikum Kerja Jantung Daphnia
Klp
|
Temperatur
normal
|
DJ/menit
|
Temperatur
dingin
|
DJ/menit
|
Temperatur
panas
|
DJ/menit
|
Alkohol
DJ/menit
|
1
|
27.5˚C
|
108
|
9˚C
|
100
|
91˚C
|
104
|
84
|
2
|
28˚C
|
248
|
7˚C
|
176
|
82˚C
|
284
|
144
|
3
|
28˚C
|
60
|
8˚C
|
44
|
72.5˚C
|
64
|
32
|
4
|
28˚C
|
72
|
8˚C
|
60
|
86˚C
|
60
|
36
|
Data
perhitungan kelompok 3 :
-
Temperature normal : 28˚C, denyut jantung selama 15 menit : 15
DJ/menit :
15x4 : 60
-
Temperature dingin : 8˚C, denyut jantung selama 15 menit : 11
DJ/menit : 11x4 : 44
-
Temperature panas : 72.5˚C, denyut jantung selama 15 menit : 16
DJ/menit : 16x4 : 64
-
Setelah pemberian alcohol : Daphnia mati
pada menit ke-8 dengan jumlah denyut jantung 8.
Dj/menit : 8x4 : 32
3.2.
Pembahasan
Daphnia
adalah crustacean yang berukuran kecil yang hidup di perairan tawar, sering
juga disebut sebagai kutu air, karena cara bergerak yang unik di dalam air. Ada
terdapat banyak spesies ( 400 spesies) dari
Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari semua spesies yang ada Daphnia
dan Moina yang paling dikenal, dan sering digunakan sebagai pakan untuk larva
ikan. Terdapat berbagai macam ukuran untuk Daphniidae, tergantung pada
spesiesnya. Moina yang baru menetas mempunyai ukuran yang sedikit lebih besar
daripada artemia yang baru menetas dan dua kali lebih besar dari moina.
Biasanya Daphnia memiliki ukuran 0,1-3 mm. Kandungan nutrisi Daphnia bervariasi
menurut umur dan tergantung pada makanan yang dimakan. Kandungan protein
Daphnia biasanya sekitar 50 % dari berat kering. Pada Daphnia dewasa mengandung
lemak yang lebih tinggi dibandingkan pada juvenile yaitu sekitar 20-27 %, serta
4-6 % pada juvenile (Pangkey, 2009).
Pada
beberapa spesies dijumpai mengandung protein sampai sebanyak 70 %. Daphnia juga
mengandung sejumlah enzim pencernaan
seperti protease, peptidase, amylase, lipase an selulase (Pangkey, 2009). Pakan
alami Dahnia magna merupakan salah
satu dari jenis crustacean atau memiliki bentuk kecil seperti udang renik yang
digunakan sebagai pakan larva dan burayak. Daphnia
magna tidak selalu tersedia di alam. Perkembangannya tergantung pada pakan
yang tersedia dan kondisi lingkungan (Pradana, 2009).
Daphnia
berasal dari Phylum Arthropoda yang hidup secara alami di perairan tawar.
Spesies-spesies dari genus Daphnia ditemukan mulai dari daerah tropis hingga
arktik dengan berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau yang
luas. Dari 50 spesies dari genus ini di seluruh dunia, hanya enam spesies yang
secara normal dapat ditemukan di daerah tropika. Salah satunya adalah Daphnia magna. Secara morfologi
pembagian segmen tubuh daphnia hamper tidak terlihat. Kepala menyatu dengan
bentuk membungkuk ke arah bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang
jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh
carapace, dengan enam pasang kaki semu
yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah
mata, antenna dan sepasang seta. Beberapa Daphnia memakan crustacean dan
rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah filter feeder, memakan alga
uniseluler dan berbagai macam detritus organik termasuk protista dan bakteri.
Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membuat arus kecil saat
mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap (Ricci, 2011).
Daphnia
memiliki fase seksual dan aseksual. Pada kebanyakan perairan populasi Daphnia
lebih didominasi oleh Daphnia betina yang bereproduksi secara aseksual. Pada
kondisi yang optimum, Daphnia betina dapat memproduksi telur sebanyak 100
butir, dapat bertelur kembali setiap 3 hari. Daphnia betina dapat bertelur
hingga sebanyak 25 kali dalam hidupnya, tetapi rata-rata dijumpai Daphnia
betina hanya bisa bertelur sebanyak 6 kali dalam hidupnya. Daphnia betina akan
mulai setelah berusia 4 hari dengan telur sebanyak 4-22 butir. Pada kondisi buruk
jantan dapat bereproduksi, sehingga reproduksi seksual terjadi. Telur-telur
yang dihasilkan merupakan telur-telur dorman (resting eggs). Faktor-faktor yang
dapat menyebabkan hal ini adalah kekurangan makanan., kandungan oksigen yang
rendah, kepadatan populasi yang tinggi serta temperature yang rendah (Pangkey,
2009). Telur dorman disebut ephippia, telur ini merupakan hasil reproduksi
Daphnia secara seksual. Ephippia dapat diproduksi secara missal untuk memenuhi ketersediaan dan
kontinuitas Daphnia magna yang
berkurang di alam pada musim penghujan (Pradana, 2009). Daphnia merupakan
crustacean kecil yang tidak mahal, mudah untuk dipelihara dan bersifat
transparan (Corotto, 2010).
Klasifikasi Daphnia
(Pangkey, 2009) adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo :
Cladocera
Family : Daphniidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia
magna
Gambar 2.
Grafik Kerja Jantung Daphnia
Grafik
di atas menunjukkan bahwa Daphnia memiliki denyut jantung yang berbeda pada
temperature yang berbeda. Pada temperature normal 28˚C yaitu keadaan tanpa
campur tangan sejak pengambilan Daphnia sebagai hewan uji pengamatan. Diperoleh
denyut jantung Daphnia permenit yaitu 60. Menurut Barnes (1966), jumlah denyut
jantung Daphnia pada lingkungan normal adalah 120 denyut permenit. Jumlah yang
diperoleh pada waktu praktikum tidak sesuai dengan referensi. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurang fokusnya dalam pengamatan denyut jantung Daphnia di
bawah mikroskop yang sering terkecoh oleh gerakan ekornya yang ritmis.
Pada
perlakuan kedua yaitu pada temperature dingin 8˚C, diperoleh denyut jantung
Daphnia sebanyak 44 denyut jantung permenit. Hasil praktikum tersebut
menunjukkan bahwa denyut Daphnia mengalami penurunan dari temperature normal ke
temperature dingin. Hal tersebut sesuai referensi, menurut Johnson (1991),
Daphnia yang diambil dari air dingin akan mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih rendah dari pada kondisi
normal, karena metabolisme tubuh berjalan lambat pada kondisi dingin.
Metabolisme yang berjalan lambat berakibat kecilnya denyut jantung karena tubuh
membutuhkan suplai oksigen yang lebih sedikit untuk mendukung metabolisme
tersebut.
Perlakuan
selanjutnya adalah pada temperature panas 72.5˚C. Hasil praktikum menunjukkan
bahwa denyut jantung Daphnia mengalami peningkatan menjadi 64 denyut jantung
permenit. Hasil tersebut sesuai dengan referensi. Menurut Sutrisno (1989).
Frekuensi denyut jantung Daphnia pada kondisi panas akan menjadi lebih cepat.
Semakin tinggi temperature lingkungan maka frekuensi denyut jantung juga akan
semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena metabolisme tubuh berjalan cepat
untuk mengatur kondisi normal, meningkatnya kondisi tubuh atau metabolisme
tubuh mengakibatkan oksigen yang dibutuhkan ditransport dengan cepat.
Perlakuan
terakhir yaitu kondisi kimia, dimana Daphnia mendapat penambahan zat kimia
berupa alkohol. Hasil yang diperoleh denyut jantung Daphnia mengalami penurunan
menjadi 32 denyut jantung permenit dan Daphnia mengalami kematian pada detik
ke-8 (hitungan 15 detik sebelum diperoleh denyut jantung permenit). Menurut
Waterman (1960), senyawa toksik menyebabkan seluruh sistem jaringan tubuh dalam
hewan terganggu. Menurut Frodson (1992), adanya faktor-faktor kimia akan mempengaruhi aktivitas denyut jantung, ada
yang bersifat memperlambat dan ada yang bersifat mempercepat.
Denyut
jantung untuk setiap hewan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh keadaan makhluk
hidup tersebut. Hewan-hewan kecil biasanya memiliki frekuensi denyut jantung
yang lebih cepat dibandingkan hewan-hewan besar, hal ini disebabkan karena
hewan yang lebih kecil memiliki frekuensi metabolisme yang lebih tinggi pada setiap berat tubuhnya.
Menurut Waterman (1960), hewan kecil memiliki frekuensi denyut jantung yang
lebih cepat dari pada hewan dewasa baik itu pada suhu panas, sedang, dingin,
maupun alkoholik, hal ini disebabkan karena adanya kecepatan metabolisme.
Menurut
Waterman (1960), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja jantung, yaitu
sebagai berikut :
1. Aktivitas
dan faktor yang mempengaruhi denyut jantung akan bertambah lambat setelah
keadaan tenang;
2. Ukuran
dan umur, dimana spesies yang lebih besar cenderung mempunyai denyut jantung
yang lebih lambat;
3. Cahaya,
pada keadaan gelap denyut jantung akan mengalami penurunan sedangkan pada
keadaan terang denyut jantung akan mengalami peningkatan;
4. Temperature,
denyut jantung akan bertambah tinggi jika suhu meningkat;
5. Obat-obatan
( senyawa kimia), zat kimia menyebabkan aktivitas denyut jantung menjadi tinggi
atau meningkat.
Bahan-bahan kimia yang lain seperti
acetylcholine, tetraethylpyrophosphate, pilocarpin, adrenaline dan rotetone
juga dapat mempengaruhi denyut jantung Daphnia. Zat ini dapat memberi efek
positif dan negatif terhadap jantung. Nikotin akan memperlambat denyut
jantung,begitu juga dengan ethanol (Navaro, 2003).
IV.
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum yang telah dilakukan adalah :
1.
Denyut jantung pada Daphnia dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu faktor temperature
lingkungan (temperature normal, dingin, panas) dan factor zat kimia
(alkohol).
2.
Pada temperature normal (28˚C) diperoleh
60 denyut jantung Daphnia permenit, pada temperature dingin (8˚C) diperoleh 44
denyut jantung Daphnia permenit, pada temperature panas (72.5˚C) diperoleh 64
denyut jantung Daphnia permenit dan setelah penambahan alkohol 75 % diperoleh
denyut jantung Daphnia permenit.
4.2.
Saran
Pengamatan
denyut jantung Daphnia sebaiknya dilakukan dengan teliti, karena akan
berpengaruh terhadap denyut jantung permenit yang diperoleh pada masing-masing
perlakuan. Pada pelaksanaan praktikum, para praktikan diharapkan dapat bekerja
dengan cepat karena akan berpengaruh terhadap tingkat kesetressan pada Daphnia
yang dapat menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Hairil.
2010. Denyut Jantung Daphnia sp.. http://zaldibiaksambas.files.wordpress.com. Diakses
Tanggal 13 April 2013.
Barness, R. D.
1966. Invertebrate Zoology. W. B. Sanders Company, Philadelphia :
London.
Corotto, Frank
dkk. 2010. Making the Most of the Daphnia Heart Rate Lab : Optimizing the Use
of Ethanol, Nicotin and Caffein. The
American Biology Teacher. Volume 72. Halaman 176-179.
Frondson, R. D.
1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gajah Mada Press :
Yogyakarta.
Johnson, A. T.
1991. Biomechanic and Exercise Physiology. John Wiley and Sons Inc :
Toronto.
Navarro, Arturo
Villegas, et al. 2003. The Heart of Daphnia
magna : Effects of Four Cardioactive Drugs. Comparative Biochemistry and Physiology Part C 136. Halaman
127-134.
Pangkey,
Henneke. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. Volume 5. Halaman 33-36.
Pradana , Yulian
C. E dkk. 2009. Pengaruh Suhu dan Kepadatan Ephippia yang Berbeda terhadap
Penetasan Ephippia Daphnia magna. Jurnal Imiah Perikanan dan Kelautan. Volume
1. Halaman 31-36.
Ricci, Ignaico.
2011. Daphnia sp. (Klasifikasi, Morfologi, Reproduksi). Bacillus subtilis,
Bakteri Nitrifikasi, Sistem Kultur Zooplankton, Parameter Kualitas Air. http:
//pobersonaibaho.wordpress.com. Diakses Tanggal 13 April 2013.
Sutrisno, 1989. Fisiologi
Hewan. Fakultas Peternakan UNSOED : Purwokerto.
Waterman, T. H.
1960. The Physiology of Crustacea. Volume 1. Academic Press : New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar